Minggu, 23 Maret 2014

UJIAN NASIONAL

Seakan tidak ada hari tanpa belajar….tiada hari tanpa soal….bimbingan belajar….Try Out… menyelesaikan tugas-tugas….belajar mandiri….tidak lupa baca Al-Quran…
Itu semua dilaksanakan jauh hari sebelum ujian dengan harapan seluruh siswa dapat lulus dan harus lulus….MALU kalo TIDAK LULUS.
Apa yang sedang anda fikirkan????
Lelah…Letih….Lesu. Barangkali kata-kata itulah yang pantas terucap dari para siswa yang akan menghadapi ujian nasional.
          Tidak hanya siswa bahkan para guru pemegang mata pelajaran yang diujikan, tidak kalah dag…dig…dug… mengalami hal yang sama karena yang ingin lulus bukan hanya muridnya tetapi semua guru berdoa, berharap muridnya lulus 100%.
 Para orang tua/ wali murid tidak ada kebanggaan jika anaknya tidak lulus, semua berharap anaknya pasti LULUS dan dapat melanjutkan ke Perguruan Tinggi atau bekerja
Yang membuat guru terheran-heran adalah melihat para siswa yang kurang antusias dan tidak risau dengan hasil try outnya yang masih jeblok. Baik yang dilaksanakan di sekolah sendiri maupun Try Out yang lain. Misalnya Kata coba lagi!! Dari hasil try out UGM yang diikuti beberapa siswa dari berbagai SLTA dan MA tanggal 31 Januari 2010.
 
Dalam benak mereka seolah berkata: “ah paling-paling juga lulus….” Kata itu hanyalah untuk meredam diri yang sebenarnya dan menjadi harapan siswa lulus murni. Jadi justru yang bingung adalah gurunya, jika berhadapan dengan Kepala Madrasah, masyarakat mudahnya mereka berkata yang nggak bisa itu gurunya atau muridnya jika ada yang tidak lulus.
Menjelang ujian semua berusaha mati-matian, gurunya semakin agresif dan intensif memberikan drill latihan soal-soal, lagi-lagi hasilnya hampir sama. Yaaa…. meningkat dikit dan bagi anak yang pe’ak (maaf pendek akal) bukan malah baik hasilnya karena sudah lelah, daya tahan berkurang, dipaksa, akhirnya malah tumpah tidak masuk menjadi bekal ujian.
Lalu….
APA YANG HARUS DIPAHAMI SELAIN SOAL?
Kita semua mafhum bahwa kondisi anak-anak kita sangat beragam dan variatif baik segi sosial ekonomi, kecerdasan, intelegensi, emosional, maupun lingkungan hidup mereka. Tidak seharusnya materi pelajaran anak itu diseragamkan. Jika materinya seragam justru menjadikan kurang benar terhadap implementasi KTSP, materi KTSP harus fleksibel dan kondisional. Soal-soal tes yang diberikan kepada anak pada setiap daerah juga seharusnya tidak seragam.
Itulah diantara alasan terjadi tarik ulur UNAS diadakan, banyak yang menentang adanya UNAS, baik dikalangan masyarakat, mahasiswa, sampai MK, menolak adanya UNAS. Namun pada akhirnya MENDIKNAS bertekad melaksanakan Ujian Nasional bahkan pada tahun ini dimajukan yang biasanya untuk SLTA dan MA pertengahan April menjadi 22 Maret sampai 26 Maret 2010. Dan ada Ujian ulangan 10 Mei sampai 14 Mei 2010.
Kondisi inipun menjadikan tambah panik. Dan pelajaran selain UNAS menjadi korban karena tidak efektif dan bagi siswa sudah terfokus memikirkan ujian nasionalnya. Seperti pelajaran Agama, Kewarganegaraan, dan lain-lain sudah tidak ada waktu belajar padahal masih semester genap yang seharusnya untuk melengkapi raport dan tak kalah pentingnya memberi bekal hidup dan pengetahuan umum maupun agama sudak tidak dipelajari lagi.
APA YANG SEHARUSNYA DILAKUKAN AGAR PEMBELAJARAN DAPAT EFEKTIF?.
Pada proses pembelajaran tanpa harus ada tekanan atau target nilai diluar batas kemampuan anak. Semua berjalan alami dengan penuh suasana hati merdeka. Demikian Romo Mangun lebih cenderung mengimplementasikan teori belajar kognitif konstruksivisme yang dikembangkan psikolog Jean Peaget dalam membangun pengetahuan anak.
Dalam menghadapi ujian tidak seharusnya mendapatkan pengetahuan yang terkesan terpaksa bahkan dipaksakan. Drill dan latihan soal-soal yang terjadi selama ini bagi anak yang cerdas malah senang dan bukanlah masalah namun hal itu akan menjadi menyiksa apabila drill latihan soal secara maraton diterima bagi anak yang tergolong pe’ak.
Anak ibarat gelas dan air sebagai pelajaran/soal jika dituangkan air itu kedalam gelas betapapun dipaksakan airnya akan tumpah. Didalam soal ujian hanyalah mengejar aspek kognitifnya. Padahal anak dididik berakhlaqul karimah selama ini bisa-bisa menjadi berbalik demi mengejar nilai kognitif seperti menyontek, meninggalkan kewajiban karena lelah dan sebagainya. Kita seharusnya memahami bahwa kecerdasan anak manusia itu tidak hanya kecerdasan Intelegensi (IQ saja) bahkan pada abad 21 banyak orang yang berhasil dengan mengembangkan IQ lainnya yaitu EQ dan SQ, keduanya mempunyai peranan penting dalam kehidupan.
Daniel Gulman seorang psikologi dari Harvard University melaporkan hasil temuannya bahwa tingkat Intelegensi tinggi tidak menjamin kesejahteraan, kebahagiaan dan kesuksesan hidup. Ada kecerdasan lain yang tidak kalah pentingnya yaitu Emosional Quation (EQ).
BAGAIMANA SIKAP ORANG TUA JIKA MENGETAHUI KONDISI ANAKNYA YANG PAS-PASAN NILAINYA.
Dari diskripsi diatas para orang tua tidak perlu galau dan marah serta terlalu menyudutkan anak, membandingkan anak si anu… begini dan anak si itu… begitu…. Apalagi menyebabkan anak-anak frustasi sampai bunuh diri bila mereka menerima kegagalan dalam memenuhi possing grade yang tahun ini  5,5 nilai batas minimum.
Marilah kita menerimanya dengan penuh kearifan dengan segala kelebihan dan keterbatasannya. Sebab angka-angka yang tertera dalam lembar nilai UN bukanlah satu-satunya jaminan masa depan anak. Masih ada kecerdasan lain yang harus dan perlu kita kembangkan untuk meraih sukses masa depan anak.
Dengan kearifan dan pemahaman itu pendidikan akan berlangsung alami, asih, asah, asuh, penuh suasana hati yang aman, merdeka dan senang hati. Namun juga tidak boleh enak-enak maka selagi masih ada waktu para orang tua mendorong semangat belajar anak berarti sudah membantu tugas guru dan sekolah dalam mendidik sehingga mencapai keunggulan prestasi. Masih ada yang difikirkan lagi bagi yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi ada yang tenang, ada yang bingung karena jauh sebelumnya sudah disodori penawaran-penawaran silih berganti datang dan berbagai cara yang pada gilirannya jika direnungkan dan dihubungkan dengan nasib sbetulnya semua sudah ada makomnya. Yang penting sekarang hadapi yang sedang dihadapi. Dan semoga semuanya dalam berjuang menggapai cita-citanya dapat tercapai dengan Ridlo Allah SWT. Amiin…